Pages

Subscribe:

Labels

Selasa, 11 Oktober 2011

Aplikasi Hukum-Hukum Newton tentang Gerak


dua gaya bekerja pd satu benda resultan gaya
Hukum II Newton menyatakan bahwa percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Resultan gaya adalah jumlah vektor dari semua gaya yang bekerja pada benda itu. Telah dibuktikan bahwa gaya-gaya bergabung sebagai vektor sesuai aturan yang berlaku pada penjumlahan vektor. Sebagai contoh, dua gaya yang besarnya sama masing-masing 10 N (Gambar a), digambarkan bekerja pada sebuah benda dengan saling membentuk sudut siku-siku. Dapat dilihat bahwa benda itu akan bergerak dengan sudut 45°. Dengan demikian resultan gaya bekerja dengan arah sudut 45° (Gambar b) . Hal ini diberikan oleh aturan-aturan penjumlahan vektor. Teorema Pythagoras menunjukkan bahwa besar resultan gaya adalah:
FR
Ketika memecahkan masalah yang melibatkan Hukum Newton dan gaya, sebaiknya menggunakan diagram gaya untuk menunjukkan semua gaya yang bekerja pada setiap benda. Tanda panah pada gambar diagram mewakili setiap gaya yang bekerja pada benda, dengan memastikan bahwa semua gaya yang bekerja pada benda tersebut telah dimasukkan. Jika gerak translasi (lurus) diperhitungkan, dapat digambarkan semua gaya pada suatu benda bekerja pada pusat benda itu, dengan demikian benda tersebut dianggap sebagai benda titik.
1. Gerak Benda pada Bidang Datar
gerak benda pd bidang datarGambar di samping menunjukkan pada sebuah balok yang terletak pada bidang mendatar yang licin, bekerja gaya F mendatar hingga balok bergerak sepanjang bidang tersebut. Komponen gaya-gaya pada sumbu y adalah: ΣFy = N – w. Dalam hal ini, balok tidak bergerak pada arah sumbu y, berarti ay = 0, sehingga ΣFy = 0;
ΣFy = 0 => N - w = 0 => N = w = m . g
Sedangkan komponen gaya pada sumbu x adalah: ΣFx = F Dalam hal ini, balok bergerak pada arah sumbu x, berarti besarnya percepatan benda dapat dihitung sebagai :
ΣFx = m . a => F = m . a => a = F/m
Lebih lengkap:
fx dan fy

2. Gerak Benda pada Bidang Miring
gerak benda pd bidang mringGambar di samping menunjukkan sebuah balok yang bermassa m bergerak menuruni bidang miring yang licin. Dalam hal ini kita anggap untuk sumbu x ialah bidang miring, sedangkan sumbu y adalah tegak lurus pada bidang miring. Komponen gaya berat w pada sumbu y adalah: wy = w.cos α = m.g.cos α. Resultan gaya-gaya pada komponen sumbu y adalah: ΣFy = N – wy = N – m.g.cos α
Balok tidak bergerak pada arah sumbu y, berarti ay = 0, sehingga:
ΣFy = 0 => N – m.g.cos α = 0 => N = m.g.cos α
Sementara itu, komponen gaya berat (w) pada sumbu x adalah: wx = w.sin α = m.g.sin α. Komponen gaya-gaya pada sumbu x adalah: ΣFx = m.g.sin α Balok bergerak pada arah sumbu x, berarti besarnya percepatan benda dapat dihitung sebagai : ΣFx = m.a => m.g.sin α = m.a => a = g.sin α
Lebih lengkap:
rumus benda di sudut miring

3. Gerak Benda-Benda yang dihubungkan dengan Tali
gerak benda yg dihubgkan dengan taliGambar di samping menunjukkan dua buah balok A dan B dihubungkan dengan seutas tali terletak pada bidang mendatar yang licin. Pada salah satu balok dikerjakan gaya F mendatar (contoh pada gambar adalah balok B) hingga keduanya bergerak sepanjang bidang tersebut dan tali dalam keadaan tegang yang dinyatakan dengan T. Apabila massa balok A dan B masing-masing adalah mA dan mB, serta keduanya hanya bergerak pada arah komponen sumbu x saja dan percepatan keduanya sama yaitu a, maka resultan gaya yang bekerja pada balok A (komponen sumbu x) adalah:
Σ F x (A) = T = mA .a
Sedangkan resultan gaya yang bekerja pada balok B (komponen sumbu x) adalah: Σ F x (B) = F.T = mB .a
Sehingga, diperoleh:rumus perc gerak benda2 yg dihub dgn tali
4. Gerak Benda di dalam Lift
org di dalam lift
Pada peristiwa gerak benda di dalam lift ada beberapa kemungkinan kejadian, antara lain:
a. Lift dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan.
Komponen gaya pada sumbu y adalah: ΣFy = N – w, dimana, lift berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan tetap (GLB) pada komponen sumbu y, berarti ay = 0, sehingga:
ΣFy = 0 => N – w = 0 => N = w = m . g
dimana : N adalah gaya normal, w adalah berat orang/benda, m adalah massa orang/benda, dan g adalah percepatan gravitasi.


b. Lift dipercepat ke atas
Komponen gaya pada sumbu y adalah: ΣFy = N – w, dimana, lift bergerak ke atas mengalami percepatan a, sehingga:
ΣFy = N – w => N – w = m.a => N = w + (m.a)
dimana : N adalah gaya normal, w adalah berat orang/benda, m adalah massa orang/benda, dan a adalah percepatan lift.
c. Lift dipercepat ke bawah
Komponen gaya pada sumbu y adalah: ΣFy = w – N Dalam hal ini, lift bergerak ke bawah mengalami percepatan a, sehingga: ΣFy = m.a => w – N = m.a => N = w – (m.a)
dimana : N adalah gaya normal, w adalah berat orang/benda, m adalah massa orang/benda, dan a adalah percepatan lift, dengan catatan: apabila lift mengalami perlambatan, maka percepatan a = -a.
5. Gerak Benda yang dihubungkan dengan Tali melalui Sebuah Katrol
dua buah benda dihub dengan katrol

Dua buah balok A dan B yang dihubungkan dengan seutas tali melalui sebuah katrol yang licin dan massanya diabaikan. Apabila massa benda A lebih besar dari massa benda B (mA > mB), maka benda A akan bergerak turun dan B akan bergerak naik. Karena massa katrol dan gesekan pada katrol diabaikan, maka selama sistem bergerak besarnya tegangan pada kedua ujung tali adalah sama yaitu T. Selain itu, percepatan yang dialami oleh masing-masing benda adalah sama yaitu sebesar a.
Dalam menentukan persamaan gerak berdasarkan Hukum II Newton, kita pilih gaya-gaya yang searah dengan gerak benda diberi tanda positif (+), sedangkan gaya-gaya yang berlawanan arah dengan gerak benda diberi tanda negatif (-).
Resultan gaya yang bekerja pada balok A adalah: ΣFA = mA . a => wA – T = mA . a
Resultan gaya yang bekerja pada balok B adalah: ΣFB = mB . a => T wB = mB . a



Secara umum, percepatan gerak benda dapat ditentukan berdasarkan persamaan Hukum II Newton berikut:
percepatan sistem
Besarnya tegangan tali (T ) dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
T = wAmA . a = mA . gmA . a = mA(ga) atau T = mB . a + wB = mB.a + mB . g = mB(a + g)
Selanjutnya, salah satu benda terletak pada bidang mendatar yang licin dihubungkan dengan benda lain dengan menggunakan seutas tali melalui sebuah katrol, di mana benda yang lain dalam keadaan tergantung tampak seperti pada gambar di bawah.
benda dengan katrol 2

Dalam hal ini kedua benda merupakan satu sistem yang mengalami percepatan sama, maka berdasarkan persamaan Hukum II Newton dapat dinyatakan sebagai berikut:
Σ F
=
Σ m.a
wA – T + T – T + T
=
(mA + mB) a
wA
=
(mA + mB) a
mA.g
=
(mA + mB) a




Percepatan sistem dapat ditentukan dengan:
perc sistem 2
Besarnya tegangan tali (T ) dapat ditentukan dengan meninjau resultan gaya yang bekerja pada masing-masing benda, dan didapatkan persamaan:
T = mA.a atau T = wB mB.a = mB.g – mB.a = mB(g – a)

Kamis, 06 Oktober 2011

Dinamika Partikel

Dinamika Partikel
Apakah yang terjadi jika benda dikenai gaya?
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang pernah kita dengar pada pembahasan
fisika sejak kita kelas VII. Bila benda dikenai gaya maka benda akan berubah bentuk, benda
akan bergerak hingga benda akan berubah arah geraknya. Jawaban ini selintas
sangat mudah bagi kita yang sudah duduk di kelas XI.
Dinamika merupakan salah satu bagian dari cabang fisika. Apakah bedanya dinamika dengan
kinematika? Apakah hubungan dinamika dengan mekanika? Untuk lebih jelasnya mari
kita perhatikan contoh dua kasus dibawah ini!
1. Seorang pelari dengan kecepatan awal 10 m/s memiliki percepatan 10 m/s2
2.Suatu benda bermassa 2 kg dikenai gaya sebesar 5 N sehingga benda bergerak dengan
percepatan 0,5 m/s2
Kedua kasus tersebut menggambarkan dua hal yang
sama dan dua hal yang berbeda. Apakah perbedaan dan persamaan kedua kasus tersebut?
Bila kita jeli dalam menganalisa kedua kasus tersebut kita akan mendapatkan
persamaan dan perbedaan dari dua kasus tersebut. Persamaan dari kedua kasus
tersebut adalah sama-sama mengambarkan sesuatu yang bergerak. Apakah perbedaannya? Perbedaan ini merupakan hal yang menarik bagi kita. Perbedaan yang menonjol dari kedua kasus
tersebut adalah kasus pertama menggambarkan benda yang bergerak namun hanya
terfokus pada gerak itu sendiri tanpa memperhatikan faktor yang lainnya. Kasus
kedua merupakan kasus yang lebih sempurna, pada kasus kedua ini selain kita
memperhatikan gerak yang terjadi pada benda namun kita memperhatikan aspek lain
dari gerak diantaranya faktor penyebab gerak berupa gaya maupun faktor benda
itu sendiri misalnya massa benda.
Setelah kita membahas kinematika
partikel pada materi sebelumnya pada bab ini kita membahas mengenai dinamika
partikel yang meliputi segala seluk beluk mengenai gaya. Pada bab ini pembahasan hanya dibatasi pada gaya gesek, gaya gravitasi dan gaya pegas.
Apakah hal yang harus kita persiapkan sebagai
bekal kita dalam mempelajari bab ini? Hal utama yang harus kita persiapkan
adalah pemahaman kita mengenai hukum Newton yang melandasi dinamika partikel.

  • Gaya Gesek
Sebelum kita mempelajari materi ini, siapakah yang
membeli sepatu satu bulan yang lalu? Siapakah yang membeli sepatu satu tahun
yang lalu? Atau siapa yang merasa sepatunya sudah tidak baru lagi? Silahkan
memperhatikan permukaan alas sepatu masing-masing! Apakah tebal permukaan alas
sepatu kalian sama ketika baru membeli dengan sekarang? Apakah tingkat
kekasarannya sama antar ketika membeli sepatu dengan sekarang?

Lebih nyaman mana ketika kalian berjalan dengan
sepatu baru dibanding ketika berjalan dengan sepatu yang lebih halus pada
lantai yang lincin? Tingkat kenyamanan
dan keamanan sepatu sebanding dengan tingkat kekasaran sepatu kita terutama ketika
berjalan pada lantai yang lincin. Semakin kasar alas sepatu kita maka semakin
aman ketika berjalan pada lantai yang
lincin. Hal ini disebabkan pada lantai lincin tingkat kerawanan tergelincir
tinggi. Sepatu kasar bisa menurunkan tingkat kerawanan tergelincirnya kaki
kita. Gaya apakah yang menyebabkan kita aman dari tergelincir pada lantai agak
lincin? Apakah yang menyebabkan sepatu kita lebih cepat halus permukaan
alasnya? Gaya ini merupakan gaya gesek yang bekerja dengan arah berlawanan
dengan arah gerak benda dan bekerja ketika benda saling bersentuhan.

1. Gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis
Sebelum membahas kedua gaya tersebut sebaiknya
perhatikan demonstrasi berikut!
Gaya Gesek Statis Dan Gaya Gesek Kinetis
Tujuan : 1. Membedakan gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis
2. Membedakan koefisisen gesek statis dan koefisien gesek kinetis
Alat dan Bahan : balok kayu, Benang, neraca pegas
Langkah kegiatan:
1. Guru menarik troli dengan menggunakan
neraca pegas yang dikaitkan dengan benang
2. guru menarik troli dari kondisi diam
hingga bergerak dengan gaya yang perlahan-lahan
3. Siswa memperhatikan demonstrasi guru
sambil menulis angka yang tertera pada neraca pegas ketika guru menyebutkan
dengan keras angka yang tertera pada neraca pegas
4. guru membahas mengenai besar gaya yang
diperlukan untuk menarik troli dari diam hingga bergerak
lah memperhatikan demonstrasi ini, kamu akan mengetahui bahwa gaya gesek terdiri
dari gaya gesek statis dan gaya geek kinetis. Gaya gesek statis dan gaya gesek
kinetik memiliki berbagai perbedaan. Bila melihat gaya yang digunakan ketika
kita menarik benda dapat digrafikkan sebagai berikut :
Berdasarkan grafik tersebut terlihat sebelum benda bergerak benda akan mengalami gaya gesek
statis hingga bernilai maksimum hingga tepat akan bergerak. Ketika benda mulai
bergerak, benda mengalami gaya gesek statis.
Perbedaaan apa saja yang terdapat pada kedua gaya gesek tersebut? Perbedaan antara gaya
gesek kinetis dengan gaya gesek statis dapat kita lihat pada kegiatan
demonstrasi kita tersebut. Perbedaaan tersebut antara lain :


No

Perbedaan

Gaya gesek kinetis

Gaya gesek statis

1

Kondisi Benda

bergerak

diam

2

Besar gaya

Relatif konstan

berubah

3

Komponen yang mempengaruhi

µk dan N

µs dan N

4

rumusan

Fk = µk.N

Fs ≤ µs.N

Berdasarkan perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya
gesek statis bekerja pada benda diam hingga tepat akan bergerak sehingga
besarnya sehingga besarnya gaya
berubah hingga mencapai nilai maksimum yang diperlukan untuk menggerakkan benda.
Jadi jika dirumuskan menjadi Fs ≤ µs.N. Berbeda dengan gaya gesek statis,
gaya gesek kinetis merupakan gaya
gesek yang bekerja pada benda yang bergerak dengan besar gaya yang relatif konstan. Bila dirumuskan
menjadi Fk = µk.N.
Tanda persamaan pada kedua gaya
gesek tersebut memiliki arti fisis yang harus diperhatikan. Apakah arti
fisisnya? Pada gaya gesek kinetis arti tersebut
menandakan besar gaya gesek tersebut relatif konstan dan pada gaya
gesek statis besar gaya
akan terus berubah hingga benda tepat akan bergerak atau bernilai maksimum.
2. gaya gesek pada bidang miring
Bagaimanakah gaya gesek pada
bidang miring? Apakah bidang miring itu? Sebelum membahas lebih jauh tentang gaya gesek pada bidang miring sebaiknya kita melakukan kegiatan berikut.







Gaya Gesek pada Bidang miring

Kegiatan 2
Tujuan : 1. menentukan nilai koefisien gesek kinetis bidang miring
2.menjelaskan pengaruh perubahan sudut terhadap percepatan jatuh benda
Alat dan Bahan: papan lintasan, beban, balok, katrol, mistar, tali,
penyangga, stop watch
Prosedur :
1.Letakkan papan peluncur beserta penyangga dengan sudut tertentu
2.Letakkan balok diatas papan luncur dan ikat dengan tali
3. hubungkan tali dengan beban
4. usahakan tinggi beban terhadap lantai pada sudut berpapun tetap (h) dan massa beban tetap (m)
5. setelah terbentuk sudut kemiringan tertentu
lepaskan beban dari ketinggian tertentu sehingga balok mulai tertarik
mengikuti aarah tali penghubung
6. lakukan langkah ke-5 secara berulang dengan sudut yang berbeda
7. catat sudut pada kolom α, panjang lintasan pada kolom l, waktu yang diperlukan pada
kolom t

Senin, 03 Oktober 2011

Fakta Kimia Dalam Al-Qur’an

Selain tentang tauhid, hukum-hukum, dan kisah-kisah, al-qur’an menyimpan banyak hal menarik di dalamnya. Dari sekian banyak bukti-bukti empiris tentang kebenaran al-qur’an, masih banyak rahasia-rahasia dalam al-qur’an yang mungkin belum bisa terpecahkan. Prediksi tentang beberapa kejadian di masa depan termaktub dalam al-Qur’an. Hal ini termasuk fakta-fakta sains dalam al-Qur’an yang memperkuat kenyataan bahwa al-Qur’an benar-benar didesain oleh sesuatu yang Maha Hebat dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu yaitu Allah SWT.
Banyak ilmuwan-ilmuwan muslim yang telah menunjukkan fakta-fakta ilmiah yang sesuai dengan ayat-ayat al-Qur’an. Harun Yahya adalah salah seorang yang masyhur mengungkap rahasia al-Qur’an tentang science baik tentang astronomi, embriologi, geologi, fisika, biologi, dan lain-lain.
Saya termasuk salah seorang yang ‘gereget’ terhadap bukti-buksi science dalam al-Qur’an. Masih banyak fakta menarik tentang kimia yang belum disentuh Harun Yahya dalam sekian banyak tulisannya. Yang mashur tentang kimia dalam alqur’an adalah mengenai firman Allah tentang besi dalam surat Al-Hadid. Al-Hadid merupakan surat ke-57 dalam al-Qur’an yang merupakan surat pertengahan dari keseluruhan surat (114 surat). Alhamdulillah, sejak saya kuliah di jurusan kimia, saya sudah hafal surat ini. “Barang siapa yang membaca surat Al-Hadid, Al-waqiah, dan Ar-Rahman maka dia akan dipanggil sebagai penghuni syurga firdaus” (Al-hadits), asyik nggak?. Gak perduli shahih, hasan, atau dhaifnya, yang jelas hadits ini memotifasi saya untuk menghafal dan membacanya setiap hari, gak rugi kan?. Beramal dengan mengetahui keutamaannya, kita akan semangat mengamalkan. Yang terpenting kita tidak memakai hadits maudhu (palsu) dalam beramal. Kalaulah memang dhaif, hadits-hadits mengenai keutamaan (bukan mengenai hukum) toh dianjurkan untuk diamalkan sebagaimana pernyataan imam Nawawi rah.a., apalagi jika shahih. Hadits ini saya ambil dari kitab Fadhilah Qur’an yang dikarang syaikhul hadits Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi rah.a., seorang hafidz, ulama, dan ahli hadits.
Alhamdulillah, sore itu aku shalat ashar berjamaah di mesjid al-Huna Husnul Khotimah. Namun, Innalillaahiwainnailaihi roji’un… ketika sholat, terbayang olehku gambar tabel periodik unsure kimia. He..he.. sholatnya kurang khusyu. MaasyaAllah, terbayang nomor atom besi itu 26 dan massanya 56 di tengah-tengah tabel. Setan berbisik, “massa besi dalam tabel periodik adalah 56, wah sama dengan nomor surat al-hadid yaitu 56? hebat nggak?” hati ini menjawab, bukannya al-hadid itu 57? ar-rahman kan 55, al-waqiah 56, baru setelah itu al-hadid, berarti 57!. Salah kali! (hati ini dipenuhi keraguan). Tapi karena menyadari sedang sholat, hati ini mengusahakan untuk segera membuang fikir-fikir lain selain tawajjuh pada Allah. “Pwuah!…pwuah!…pwuah!” aku berisyarat meludah ke sebelah kiri. Sebagaimana dalam hadits, apabila merasa diganggu syetan ketika sholat, boleh berbuat seperti itu dalam shalat. Tapi tidak perlu pakai mbrr…mbrr… khoeck chuah! Itu seperti dukun dan bias membatalkan shalat he..he.. Setelah sholat selesai, segera aku menuju kantor guru MTs, membuka komputer dan melampiaskan penasaran tentang itu semua.
Fakta ke-1
Allah SWT berfiman:  “…Dan Kami ciptakan besi….” (QS. Al-HAdid, 57:25)
Allah SWT menggunakan kata “anzalnaa” yang berarti “kami telah turunkan”. Depag menuliskannya dengan “ciptakan” sebagaimana tertulis diatas. Allah SWT tidak menggunakan kata “Khalaqna” yang berarti “kami telah ciptakan”. Penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut “nova” atau “supernova”. Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa. Hal ini yang dahulu pernah juga sempat dikatakan oleh Neil Amstrong.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur’an diturunkan.
Besi : 26Fe
Istilah besi oleh orang inggris disebut sebagai “iron”, oleh orang arab disebut dengan “hadid” orang francis menyebutnya ”fer” dan orang spanyol “hierro”. Supaya tidak membingungkan, maka telah disepakati bahwa dunia sains menamakan besi dengan “Ferrum” (Fe) dari bahasa latin. Dan hal ini berlaku untuk semua nama atom, semuanya diambil dari bahasa latin (bahasa amerika selatan).
Ada rahasia apa dibalik keputusan Allah SWT dalam memberi nama salah satu surat di al-qur’an dengan memakai satu nama atom atau logam dalam sistem periodik unsur. Kita akan sedikit memabahasnya.
Fakta ke-2 : Isotop Besi
Besi memiliki 8 isotop yaitu
52Fe Waktu Paruh 8.3 jam
54Fe Stabil
55Fe Waktu Paruh 2.7 tahun
56Fe Stabil
57Fe Stabil
58Fe Stabil
59Fe Waktu Paruh 54.5 hari
60Fe Waktu Paruh 1.500.000 tahun
Al-Hadid adalah surat ke-57 dalam al-Qur’an. Fe-57 adalah salah satu dari 4 isotop besi yang stabil. Ini bukanlah kebetulan. Nomor surat ini dirancang oleh Allah yang maha mengetahui.
Fakta ke-3 : Energi Ionisasi.
Energi ini dibutuhkan oleh suatu atom untuk menjadi ion. Fe umumnya dapat berbentuk ion Fe2+ (ferro) dan Fe3+(ferri). Tahukah kamu? tubuh kita hanya mengkonsumsi Fe2+ (ferro) dari makanan. Besi jenis Ferro inilah yang bayak terkandung dalam makanan seperti daging-dagingan dan makanannya Popeye (Spinach alias bayam), termasuk obat-obatan suplemen penambah zat besi seperti sangobion, sulfaferosus, dan lain-lain. Kata ahli gizi, sebaiknya sayur bayam jangan dibiarkan lebih dari semalam, gak bagus untuk dimakan. Tetapi jarang diantara kita yang mengetahui alasannya. Ternyata, dalam beberapa jam ferro akan segera berubah menjadi ferri. Ferri di dalam tubuh adalah sampah, tubuh kita tidak mau mengambilnya karena sifat sudah berubah. Sama halnya jika besi sudah berubah menjadi karat, berubahlah sifatnya.
Perubahan Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+(ferri) ini menghasilkan energi ionisai sebesar 2957 kJ mol-1. 29 adalah jumlah seluruh ayat pada surat al-hadid. 57 adalah nomor suratnya. Allahuakbar!
Fakta ke-4 Penjumlahan Massa Seluruh Isotop
Besi memiliki 8 isotop (kembaran) yaitu 52Fe,54Fe,55Fe,56Fe,57Fe,58Fe,59Fe,60Fe. Jika seluruh massanya dijumlahkan maka 52+54+55+56+57+58+59+60 = 451. Kata “besi” ada pada surat ke-57 dan ayat ke-25. Jumlah kata dalam surat al-Hadid dari ayat 1 sampai dengan 25 adalah 451!
Fakta ke-5 Jumlah Kata dalam surat al-hadid
Jumlah kata dalam al-hadid adalah 574. 57 adalah nomor surat al-hadid dan 4 adalah jumlah isotop besi yang stabil.